Perbandingan Framework TOGAF dan ISO 20000

2.1 PENJELASAN TOGAF

      TOGAF (The Open Group Architecture Framework) adalah sebuah framework yang bersifat generik untuk mengembangkan arsitektur yang dapat memenuhi kebutuhan bisnis. Jadi perlu dicatat di sini bahwa TOGAF adalah sebuah framework dan bukan arsitektur.      The Open Group Architecture Framework atau TOGAF adalah suatu kerangka kerja dan pengembangan metode untuk Enterprise Architecture yang digunakan oleh arsitek perusahaan untuk merancang, merencanakan, melaksanakan, dan mengatur perusahaan arsitektur organisasi.      Berawal dari Technical Architecture for Information Management atau (TAFIM) di Departemen Pertahanan Amerika Serikat, kerangka kerja itu diadopsi oleh Open Group pada pertengahan 1990an. Spesifikasi pertama TOGAF diperkenalkan pada tahun 1995, dan TOGAF 8 (Enterprise Edition) dirilis pada awal 2004. Pada saat ini sudah ada TOGAF 9 yang secara keseluruhan melengkapi versi sebelumnya.      TOGAF memberikan metode yang detil tentang bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut dengan ADM (Architecture Development Method). Tujuan dari arsitektur enterprise (EA) adalah untuk mengoptimalkan seluruh perusahaan ke lingkungan terpadu yang tanggap terhadap perubahan dan mendukung strategi bisnis. Arsitektur enterprise yang baik memungkinkan kita untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara efisiensi teknologi informasi dan inovasi bisnis. Hal ini memungkinkan unit bisnis individu untuk berinovasi secara aman untuk mengejar keunggulan kompetitif mereka. Keuntungan yang dihasilkan dari arsitektur enterprise yang baik membawa manfaat bisnis yang penting, yang jelas terlihat dalam laporan laba atau rugi bersih dari perusahaan atau organisasi. 

 Saat ini memang TOGAF sangat populer di dunia sebagai framework untuk pembuatan arsitektur enterprise. Tentunya ada beberapa alasan mengapa TOGAF menjadi begitu populer.  Berikut ini beberapa diantaranya: 

  1. TOGAF merupakan standard terbuka dan tidak tergantung dari vendor ataupun teknologi yang digunakan. 
  2. Mendukung keselarasan antara IT dan bisnis.
  3. Berdasarkan praktik-praktik terbaik. 
  4. Dapat disesuaikan sesuai kebutuhan organisasi yang menerapkannya. 
  5. Merupakan metode umum yang komprehensif. 

     Ketika ingin  TOGAF ini merancang arsitektur enterprise sehingga pemanfaatan teknologi informasi  dapat meningkatkan efisiensi pada proses bisnis perusahaan dan dapat melakukan investasi untuk jangka ke depan. TOGAF memandang enterprise architecture ke dalam empat kategori yaitu: 


  1. Business Architecture: Mendeskripsikan tentang bagaimana proses bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. 
  2.  Application Architecture: Merupakan pendeskripsian bagaimana aplikasi tertentu didesain dan bagaimana interaksinya dengan apikasi lainnya. 
  3. Data Architecture: Adalah penggambaran bagaimana penyimpanan, pengelolaan dan pengaksesan data pada perusahaan. 
  4. Technical Architecture: Gambaran mengenai infastruktur hardware dan software yang mendukung aplikasi dan bagaimana interaksinya. 

TOGAF terdiri dari tiga bagian utama:

  1. Metode Pengembangan Arsitektur TOGAF (ADM) Merupakan bagian utama dari TOGAF yang memberikan gambaran rinci bagaimana menentukan sebuah enterprise architecture secara spesifik berdasarkan kebutuhan bisnisnya. 
  2. Enterprise Continuum, yang merupakan "gudang virtual"  Sebuah repository adalah tempat penyimpanan. Disini berarti tempat penyimpanan aset-aset arsitektur enterprise. Selama pengembangan arsitektur dengan menggunakan metoda yang ditetapkan dalam ADM, aset-aset diciptakan atau diambil dari aset yang sudah ada, kemudian dimodifikasi dan akhirnya dikembalikan lagi ke repository virtual ini. 
  3. The TOGAF Resource Base Pada bagian ini terdapat informasi mengenai guidelines, templates, checklists,latar belakang informasi dan detil material pendukung yang membantu arsitek didalam penggunaan ADM. 


2.2 PENJELASAN ISO 20000 
 
ISO/IEC 20000 adalah standar internasional pertama untuk manajemen layanan teknologi informasi,(ITSM, IT Service Management). Standar ini didasari dan ditujukan untuk menggantikan British Standards BS 15000. Standar ini pertama kali dipublikasikan pada Desember 2005 dan seperti pendahulunya, BS 15000, awalnya dikembangkan untuk menggambarkan pedoman praktik terbaik yang terdapat dalam kerangka kerja ITIL (Information Technology Infrastructure Library) walaupun standar ini juga mendukung kerangka kerja dan pendekatan ITSM lainnya. ISO/IEC 20000 terdiri dari dua bagian:  
  1. Satu spesifikasi untuk manajemen layanan TI. 
  2. Satu aturan pelaksanaan untuk manajemen layanan.  

     Bagian pertama, ISO 20000-1, menganjurkan penggunaan pendekatan proses terintegrasi untuk secara efektif menyediakan layanan terkelola sesuai kebutuhan bisnis dan pelanggan.  
     Bagian kedua, ISO 20000-2, adalah suatu 'aturan pelaksanaan' dan menjelaskan praktik-praktik terbaik untuk manajemen layanan dalam lingkup ISO 20000-1.       

     Standard ISO 20000 merupakan standard internasional untuk IT Service Management (ITSM). Standard ini bermula dari Standard BS 15000 yang dikeluarkan oleh BSI dan banyak mengadopsi ITIL (IT Infrastructure Library). Komponen-komponen Standard ISO 20000 sebagian besar banyak mengadopsi proses-proses manajemen yang ada di dalam ITIL, terutama ITIL versi 2.      Standard ini menetapkan proses, kebijakan, dokumentasi, peran dan tanggung jawab yang harus ada terkait dengan penyelenggaraan dan dukungan layanan TI. Dengan demikian ISO 20000 dapat menjadi landasan bagi penyedia jasa eksternal dalam melakukan perbaikan dan peningkatan dalam layanan TI yang diberikannya.      Sebagaimana Standard ISO lainnya, pada ISO 20000 ini tersedia juga sertifikat bagi perusahaan yang berhasil membuktikan pemenuhan (compliance) terhadap spesifikasi yang ditetapkan Standard ini. Untuk mendapatkan sertifikasi tersebut, maka sebuah perusahaan harus memenuhi spesifikasi yang ada di ISO   20000 Part-1. Bagian pertama dari ISO 20000 berisi persyaratan yang harus dipenuhi oleh Penyedia Layanan agar layanan yang diberikannya memiliki kualitas yang dapat diterima (acceptable quality) oleh pelanggannya. 

2.3  KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TOGAF 
Keuntungan TOGAF :  
  • Sifatnya yang fleksibel dan bersifat open source (bisa diakses public) 
  • Sistematis dan efektif 
  • Focus pada siklus implementasi (ADM) dan proses 
  • Kaya akan area teknis arsitektur 
  • Recource base menyediakan banyak material referensi 
  • Mewujudkan keuntungan investasi yang lebih besar baik dalam bisnis maupun suatu organisasi. 
  • Karena melibatkan banyak pihak terutama industri, di TOGAF banyak memberikan best practice atau kejadian riil di dunia nyata 

 Kerugian TOGAF :

  • Tidak ada templates standart untuk seluruh domain (misalnya untuk membuat blok diagram)
  •  Tidak ada artefak yang dapat digunakan ulang (ready made) 
  • TOGAF hanya merupakan satu kumpulan dugaan terhadap teknologi informasi dan prinsip- prinsip yang diusulkan, tidak secara konkrit memodelkan cetakbiru (blueprint). 
  • Terlalu fokus pada aspek teknologi 
  • Dukungan terbatas untuk abstraction 
  • Susah untuk diadopsi untuk project yang pendek. 


2.4   KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN ISO 20000
Kelebihan Sertifikat ISO 20000 :
1. Sertifikat ISO 20000 sebuah bukti yang reliable
 Sebagai sebuah sertifikat yang diberikan kepada perusahaan, standard ISO 20000 tentunya memberikan arti penting baik bagi perusahaan penyedia layananan maupun bagi perusahaan-perusahaan yang mencari penyedia layanan yang dapat diandalkan. Bagi perusahaan pengguna layanan akan menjadi mudah dalam memilih supplier, misalnya dengan mensyaratkan adanya sertifikat ISO 20000 dari suppliernya. Bagi penyedia layanan, tentunya sertifikat ISO 20000 menjadi bukti nyata keseriusannya dalam memberikan layanan dengan kualitas yang baik dan dapat diterima oleh pelanggannya. Hal ini dari segi marketing tentunya menjadi keuntungan tersendiri terutama dalam mencari pelanggan baru. Perusahaan dengan sertifikat ISO 20000 telah mampu membuktikan kepada Auditor yang independen bahwa layanan yang diberikan dikelola dengan baik dan kualitasnya dapat diterima oleh pengguna layanan itu. Penilaian dari Auditor independen inilah yang menurut kami sangat penting dan reliable bagi calon pengguna jasa perusahaan tersebut  

2. Lebih dari sekedar Sertifikasi
Hal yang perlu diingat adalah bahwa penerapan standard, kerangka kerja dan praktik-praktik terbaik seperti ISO 20000, ITIL dan yang lainnya pada hakikatnya memiliki tujuan utama agar dapat meningkatkan kinerja dan dukungan TI perusahaan khususnya dalam memberikan layanan TI yang baik bagi penggunanya. 
Hal ini penting untuk selalu diingat oleh segenap kalangan dan manajemen perusahaan yang berniat untuk mengimplementasikan standard seperti ISO 20000 ini. Dengan mencamkan hal ini, maka usaha mendapatkan sertifikat ISO 20000 akan menjadi sebuah perjalanan yang lebih bermakna dan memberikan dampak positif yang signifikan dan berbagai macam manfaat bagi penyedia layanan sebagaimana telah disebutkan di atas dan bukan hanya sekedar mendapatkan sertifikat ISO 20000 semata. 

3. Memiliki banyak manfaat
Terdapat beberapa manfaat dari Sertifikat ISO 20000 yang menjadi alasan mengapa sertifikat ini menjadi penting bagi suatu perusahaan, antara lain sebagai berikut: 

a. Menunjukkan Komitmen Perusahaan Dan Meningkatkan Daya Saing Meningkatkan citra perusahaan akan komitmennya terhadap kualitas layanan TI yang diberikan. Sebagaimana Standard ISO 9000 yang menunjukkan komitmen perusahaan akan adanya sistem manajemen mutu yang baik di sebuah perusahaan, maka untuk komitmen mutu yang baik dalam penyelenggaraan layanan TI ditunjukkan oleh Sertifikat ISO 20000. Pencapaian ini pun tentunya meningkatkan daya saing perusahaan di mata para pelanggannya. 

b. Menunjukkan Kemampuan Perusahaan Membuktikan bahwa Penyedia layanan TI mampu memberikan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna. Hal ini karena spesifikasi yang ada di Standard ini ditujukan agar layanan yang diberikan memiliki kualitas yang dapat diterima oleh pelanggannya.

c. Memenuhi Persyaratan Tender Bagi penyedia layanan eksternal dapat mengikuti tender yang mensyaratkan peserta tendernya bersertifikat ISO 20000.

d. Memberikan Kerangka Kerja Peningkatan Layanan TI, nengurangi risiko dan biaya Layanan TI Dengan mempraktikan manajemen system layanan yang baik sebagaimana ditetapkan dalam standard ISO 20000, maka diharapkan perusahaan dapat melakukan peningkatan dalam kualitas layanannya, melakukan penghematan biaya dan meningkatkan efisiensi, menghasilkan pengurangan risiko yang mungkin ditimbulkan oleh layanan TI dan mendorong peningkatan dan perbaikan layanan TI secara terus-menerus.

Kelemahan Sertifikat ISO 20000   
Selain terdapat kelebihan yang yang begitu banyak yang dapat bermanfaat bagi perusahaan,  ISO 20000 juga memiliki beberapa kelemahan,  kelemahan tersebut berasal dari kendala dan konsekuensi yang tentunya harus dihadapi oleh sebuah perusahaan,  berikut penjelasannya :

1. Terdapat Kendala dalam mendapatkan ISO 20000
Sertifikasi ISO 20000 adalah sertifikasi bagi organisasi yang berhasil menunjukan pengelolaan layanan IT (IT Service Management) kelas dunia, yang persyaratannya tertuang dalam spesifikasi standard tersebut. Namun demikian, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh organisasi yang berencana untuk mendapatkan sertifikasi tersebut, bahkan kendala tersebut juga sering dirasakan oleh organisasi yang telah mendapatkan sertifikasi.

  1. Kurangnya panduan detail (how-to) dalam mengimplementasi prosesproses yang menjadi requirements dalam mencapai sertifikasi tersebut. 
  2. Belum adanya tools yang memadai dalam membantu menjalankan proses-proses dalam ISO 20000. 
  3. Awareness dari stakeholder ISO 20000 masih kurang, sehingga umumnya pada saat audit hanya untuk memenuhi persyaratan dan tanpa adanya pemahaman dan rasa kepemilikan dalam menjalankan setiap proses dalam IT Service Management 


       Oleh karena itu, sebelum berencana mendapatkan sertifikasi ISO 20000, sebaiknya sebuah perusahaan memperhatikan aspek-aspek berikut ini: a. Training IT Infrastructure Library bagi tim yang akan terlibat dalam implementasi dan sertifikasi ISO 20000. b. Melihat ISO 20000 bukan hanya sebagai standard yang meminta dokumen dan record sebagai evident dalam audit, tetapi sebagai sebuah standard untuk dapat menjaga konsistensi dari pelaksanaan IT Service Management. c. Menunjuk konsultan pendamping dapat menjadi keuntungan atau kelemahan. Keuntungannya apabila konsultan mampu memberikan panduan, tidak hanya menutup compliance gap dengan ISO 20000, tetapi juga mampu memberikan contoh dan arahan bagaimana mengimplementasikannya dengan benar. Sedangkan kelemahan bisa saja terjadi apabila konsultan hanya memberikan arahan bagaimana menutup compliance gap, tanpa memperhatikan bagaimana proses seharusnya dijalankan. d. Memilih konsultan pendamping dan lembaga sertifikasi dalam project atau waktu yang berbeda. Hal ini untuk memastikan bahwa keduanya bisa saling independen.

2. Terdapat Konsekuensi dalam mendapatkan ISO 20000 


Sertifikasi ISO 20000 membutuhkan effort yang besar dari seluruh komponen manajemen layanan TI suatu institusi. Keberhasilannya ditentukan secara bersama-sama. Tiap-tiap orang/bagian memiliki porsi masing-masing untuk keberhasilan sertifikasi. Dibalik pencapaian tersebut, sudah pasti ada konsekuensi yang harus dipenuhi, antara lain: a. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk sertifikasi   Sertifikasi ISO 20000 tidak murah, perlu biaya yang relatif besar dikeluarkan. Namun, keberhasilnya akan mendatangkan keuntungan yang jauh lebih besar kepada institusi. 
b. Perlu usaha yang besar pada waktu pertama kali memutuskan melakukan sertifikasi Usaha-usaha dimaksud adalah pelaksanaan manajemen layanan TI sebagaimana tercantum dalam ISO 20000, komitmen pimpinan untuk sungguh-sungguh menerapkan sistem manajemen layanan TI, merubah budaya kerja pegawai yang belum terbiasa dengan budaya kerja tercatat, terukur, terdokumentasi dan sesuai prosedur, penyesuain struktur organisasi manajemen layanan TI, pemenuhan teknologi (fasilitas, sarana dan prasarana kerja). 

2.5   PERBANDINGAN FRAMEWORK TOGAF DAN ISO 20000   

       Berdasarkan pembahasan dari kedua framework TOGAF dan ISO 2000 dapat di simpulkan bahwa dari kedua framework tersebut membahas tentang audit TI. Perbedaannya terletak pada ruang lingkupnya untuk framework TOGAF membahas bagaimana membangun, mengelola, dan mengiplementasikan arsitektur enterprise dan system informasi yang biasa disebut dengan Architecture Development Method (ADM) sedangkan framework ISO 2000  membahas mengenai standar yang digunakan untuk sertifikasi manajemen teknologi informasi (TI) tujuannya memungkinkan semua organisasi yang berpondasi pada teknologi informasi agar menerapkan praktik yang baik. Dari kedua framework tersebut memiliki tahapan tahapan yang harus dikerjakan dalam setiap prosesnya.  

Tahapan Tahapan TOGAF ADM Framework :   
Architecture Development Method (ADM) merupakan metodologi lojik dari TOGAF yang terdiri dari delapan fase utama untuk pengembangan dan pemeliharaan technical architecture dari organisasi.

1) Fase Preliminary: Framework and Principles. Merupakan fase persiapan yang bertujuan untuk mengkonfirmasi komitmen dari stakeholder, penentuan framework dan metodologi detil yang akan digunakan pada pengembangan EA.

2) Fase A : Architecture Vision.  Fase ini memiliki tujuan untuk memperoleh komitmen manajemen terhadap fase ADM ini, memvalidasi prinsip, tujuan dan pendorong bisnis, mengidentifikasi stakeholder. Terdapat beberapa langkah untuk mencapaian tujuan fase ini dengan inputan berupa permintaan untuk pembuatan arsitektur, prinsip arsitektur dan enterprise continuum. Output dari fase ini adalah: (1) pernyataan persetujuan pengerjaan arsitektur yang meliputi: Scope dan konstrain serta rencana pengerjaan arsitektur, (2) prinsip arsitektur termasuk prinsip bisnis, (3) Architecture Vision.

3) Fase B : Business Architecture.  Fase B bertujuan untuk (1) memilih sudut pandang terhadap arsitektur yang bersesuaian dengan bisnis dan memilih teknik dan tools yang tepat (2) mendeskripsikan arsitektur bisnis eksisting dan target pengembangannya serta analisis gap antara keduanya. Inputan untuk fase B berasal dari output fase A, sedangkan outputnya adalah revisi terbaru dari hasil ouput fase A ditambah dengan arsitektur bisnis eksisting dan target pengembangannya secara detil serta hasil analisis gap, business architecture report dan kebutuhan bisnis yang telah diperbaharui.

4) Fase C : Information Systems Architectures.  Tujuan fase ini adalah untuk mengembangkan arsitektur target untuk data dan/atau domain aplikasi. Pada arsitektur data misalkan untuk menentukan tipe dan sumber data yang diperlukan untuk mendukung bisnis dengan cara yang dimengerti oleh stakeholder. Pada arsitektur aplikasi untuk menentukan jenis sistem aplikasi yang dibutuhkan untuk memproses data dan mendukung bisnis.

5) Fase D : Technology Architecture.  Untuk pengembangan arsitektur teknologi target yang akan menjadi basis implementasi selanjutnya.

6) Fase E : Opportunities and Solutions.  Secara umum merupakan fase untuk mengevaluasi dan memilih cara pengimplemetasian, mengidentifikasi parameter strategis untuk perubahan, perhitungan cost dan benefit dari proyek serta menghasilkan rencana implementasi secara keseluruhan berikut strategi migrasinya.

7) Fase F : Migration Planning:  Fase ini bertujuan untuk mengurutkan implementasi proyek berdasarkan prioritas dan daftar tersebut akan menjadi basis bagi rencana detil implementasi dan migrasi.

8) Fase G : Implementation Governance.  Merupakan tahapan memformulasikan rekomendasi untuk setiap implementasi proyek, membuat kontrak arsitektur yang akan menjadi acuan implementasi proyek serta menjaga kesesuaiannya dengan arsitektur yang telah ditentukan.

9) Fase H : Architecture Change Management.  Pada akhir fase ini diharapkan terbentuk skema proses manajemen perubahan arsitektur.

10) Requirements Management  Bertujuan untuk menyediakan proses pengelolaan kebutuhan arsitektur sepanjang fase pada siklus ADM, mengidentifikasi kebutuhan enterprise, menyimpan lalu memberikannya kepada fase yang relevan.
Tahapan – Tahapan Mencapai Standarisasi IOS 2000 :      Standar ISO 20000 mengatur prosedur dan proses dari ITSM, sehingga diperlukan pemahaman dan implementasi ITSM. Perusahaan yang telah sadar akan pentingnya sertifikasi ISO 20000 untuk menjamin mutu layanan TI harus mendefinisikan visi dan misi yang dibantu dengan panduan batasan pengembangan kualitas. Kemudian dilakukan penilaian awal atas keadaan yang saat ini dialami perusahaan, dilanjutkan dengan gap analysis kondisi sekarang dengan kondisi yang ingin dicapai.

     Perusahaan selanjutnya perlu menyiapkan berbagai program perbaikan layanan berdasarkan temuan yang didapat dalam fase persiapan, penilaian, dan implementasi. Hal tersebut merupakan tahap awal mencapai ketentuan sertifikasi ISO 20000, yang tergambar pada bagan di bawah ini.

     Setelah perusahaan merencanakan manajemen layanan yang baik dan sesuai dengan best practice dan good practice yang ada, perusahaan mulai melakukan studi kasus agar persetujuan bisa diperoleh dan disetujui oleh sponsor. Langkah selanjutnya adalah menetapkan program yang berbasis pada ketentuan dan kriteria dalam ISO 20000 dan ITIL. Diperlukan pemilihan auditor dan finalisasi lingkup layanan  untuk kemudian dilanjutkan ke penetapan sistem manajemen, kebijakan-kebijakan, proses dan prosedur. Setelah proses dan prosedur  ditetapkan, dimulailah implementasi manajemen layanan TI dan dilanjutkan dengan evaluasi dan perbaikan terus-menerus.

     Setelah beberapa waktu menjalankan program manajemen layanan, dilakukan penilaian ulang dan pembahasan atas observasi yang dilakukan pihak auditor. Untuk dapat dikatakan certified, perusahaan perlu melakukan certification audit. Auditor atau tim audit akan memberikan serangkaian pertanyaan terkait dengan standar ISO 20000. Jika layanan dinyatakan telah layak dan mampu memberikan value bagi pelanggan, maka perusahaan akan mendapatkan sertifikat ISO 20000. Namun tidak berhenti sampai disini, perusahaan harus terus menerus melakukan observasi, mempertahankan kesesuaian layanan, mengukur manfaat dan memperluas lingkup manajemen layanan. Secara ringkas, langkah-langkah ini dapat dilihat dalam gambar 2.9.


BAB 3 
 PENUTUP 

KESIMPULAN

     Berdasarkan pembahasan dari kedua framework TOGAF dan ISO 2000 dapat di simpulkan bahwa dari kedua framework tersebut membahas tentang audit TI. Perbedaannya terletak pada ruang lingkupnya untuk framework TOGAF membahas bagaimana membangun, mengelola, dan mengiplementasikan arsitektur enterprise dan system informasi yang biasa disebut dengan Architecture Development Method (ADM) sedangkan framework ISO 2000  membahas mengenai standar yang digunakan untuk sertifikasi manajemen teknologi informasi (TI) tujuannya memungkinkan semua organisasi yang berpondasi pada teknologi informasi agar menerapkan praktik yang baik. Dari kedua framework tersebut memiliki tahapan tahapan yang harus dikerjakan dalam setiap prosesnya.  


DAFTAR PUSTAKA 

https://id.wikipedia.org/wiki/ITSM https://itgid.org/framework-togaf/ https://itgid.org/togaf-framework/ http://brainmatics.com/togaf-9-1-foundation/ https://sis.binus.ac.id/2019/02/11/togaf-framework/ https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-the-open-group-architectureframework-togaf/2608 https://www.academia.edu/11669527/Pemetaan_The_Open_Group_Architecture_Fra mework_TOGAF_Pada_Zachman_Framework https://fadhilnetwork.wordpress.com/2017/03/21/mengenal-enterprise-architecture/ https://www.google.com/amp/s/syifamss.wordpress.com/2018/12/03/perbandingancobit-5-iso-270002-dan-iso-20000/amp/ https://arafarra17.blogspot.com/2018/12/perbedaan-framework-togaf-nistdan.html?m=1 http://ivitc.com/sertifikasi-iso-20000-mengapa-menjadi-begitu-penting/ http://akuntansimagazine.blogspot.com/2014/05/makalah-iso-20000.html?m=1 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tahapan Normalisasi dan Contoh Normalisasi pada perpustakaan

Analisis Perusahaan PT Kompas Media Nusantara dalam Standar Internasional Manajemen Pelayanan Teknologi Informasi

Hal lucu mengenai kartun Dora The Explorer