China Mulai Membaik, Bagaimana Amerika dan Indonesia?


Pandemik corona saat ini masih terus terjadi dan memakan banyak korban. Menurut data worldrometers terhitung sampai tanggal 8 April 2020 jumlah kasus diseluruh negara adalah 1,430,130, jumlah korban yang meninggal adalah 81,995, dan jumlah pasien yang sembuh adalah 301,828. Belum meredanya pandemik ini, berbagai negara mulai membuat kebijakan untuk menekan laju penularan dan menstabilkan ekonomi akibat dampak dari pandemik ini.

Berdasarkan data worldrometers, Negara USA adalah negara dengan jumlah kasus terbesar dari negara-negara lainnya yaitu 399,937 kasus, 12,813 korban meninggal, dan 21,674 sembuh. Lonjakan jumlah korban yang meninggal ini tentu membuat ekonomi negara paman sam ini mengalami keterpurukan dalam sejarahnya. Pada sektor ekonomi, menurut ekonom Goldman Sachs, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi riil AS negatif 9 persen pada kuartal pertama dan berlanjut sampai 34 persen pada kuartal kedua, hal ini terjadi karena banyaknya perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya untuk mengurangi kerugian pada perusahaan. Dengan meningkatnya PHK pada berbagai perusahaan, tentu dapat mengakibatkan meningkatnya pengangguran di negeri paman sam ini. Tidak hanya hal tersebut, pandemik ini juga berdampak pada melonjaknya masyarakat yang mengajukan kredit ke bank, karena kerugian yang dirasakan oleh pengusaha kecil maupun menengah ke atas. Pusat pembelanjaan atau mall tutup, bar dan kafe kosong, dn pesawat terbang tidak lagi membawa penumpang, hal tersebut yang mendorong masyarakat berbondong bondong mengajukan kredit ke bank untuk kebutuhan para pelaku pebisnis tersebut.

Tidak hanya Amerika, Negara yang berada di khatulistiwa ini yaitu negara Indonesiapun mengalami dampak dari pandemik ini. Dari data worldrometers, Indonesia termasuk urutan ke-38 dengan jumlah kasus sebanyak 2,738, korban yang meninggal berjumlah 221 dan pasien yang berhasil sembuh berjumlah 204. Melihat terus bertambahnya korban yang meninggal dan bertambahnya kasus, negara mulai serius menghadapi pandemik ini dan berupaya untuk menekan laju penyebaran virus ini.

Berbagai daerah di Indonesia mulai melakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pada kebijakan ini terdapat sejumlah bidang usaha komersial dan swasta yang diizinkan beroperasi secara terbatas, yaitu diantaranya toko-toko yang menjual barang pangan atau kebutuhan pokok serta barang penting yang mencakup makanan seperti sayur, buah, ikan, daging dalam kemasan, Layanan pembayaran seperti bank, asuransi , media cetak dan elektronik, pembangkit listrik, layanan ekspedisi, layanan pasar modal, pergudangan dingin dan keamanan pribadi.

Usaha dibidang industri dan kegiatan produksipun hanya beberapa yang masih diperbolehkan beroperasi, yaitu diantaranya unit produksi alat kesehatan, obat-obatan, Unit produksi yang membutuhkan proses berkelanjutan, setelah mendapatkan izin yang diperlukan dari Kementerian Perindustrian, unit produksi minyak dan gas bumi, batu bara dan mineral, serta kegiatan yang terkait dengan operasi penambangan, unit manufaktur bahan kemasan untuk makanan, obat-obatan, farmasi dan alat kesehatan, kegiatan pertanian bahan pokok dan holtikultura, unit produksi barang ekspor, unit produksi barang pertanian, perkebunan, serta produksi usaha mikro kecil menengah. Karyawan pada perusahaan tersebutpun harus memiliki jumlah yang minimum dan tetap utuk melakukan pencegahan penyebaran virus ini.

Tak hanya itu, perusahaan logistik dan transportasipun mengalami dampak akibat kebijakan PSBB ini, perusahaan yang hanya dapat beroperasi selama kebijakan PSBB ini adalah Perusahaan angkutan darat untuk bahan dan barang pangan atau barang pokok serta barang penting, barang ekspor dan impor, logistik, distribusi, bahan baku dan bahan penolong untuk industri dan usaha mikro kecil menengah, perusahaan pelayaran, penyeberangan, dan penerbangan untuk angkutan barang, perusahaan jasa pengurusan transportasi dan penyelenggara pos, perusahaan jasa pergudangan termasuk cold chain.

Berbeda dengan kedua negara yang telah disebutkan sebelumnya, China yang merupakan negara pertama yang terkena virus covid-19 ini perlahan mulai bangkit karena berkurangnya jumlah korban dan kasus yang terjadi. Kegiatan ekonomi yang ada di Wuhan, China perlahan membaik. Lebih dari 40 ekonom memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Cina hanya akan tumbuh 3,5% pada kuartal pertama di tahun 2020. Namun tidak sepenuhnya negara ini mampu memperbaiki ekonominya sendiri, karena negara ini merupakan negara eksportir terbesar di dunia, tentu negara ini masih membutuhkan negara lain untuk dapat memperbaiki ekonomi negaranya.
               
Referensi :
Anonim. 2020. Ekonomi AS Diramal Porak Poranda Minus 9 Persen Karena Corona, pada laman https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200401140058-532-489130/ekonomi-as-diramal-porak-poranda-minus-9-persen-karena-corona, diakses 8 April 2020.

Anonim. 2020. Pandemi Corona, Laju Ekonomi Global Diproyeksi 1,9 Persen, pada laman https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200319181424-532-485090/pandemi-corona-laju-ekonomi-global-diproyeksi-19-persen, diakses pada 8 April 2020.

Pilipey, Roman. 2020. Mengapa membaiknya ekonomi Cina pada masa pandemi COVID-19 bergantung pada negara lain, pada laman https://theconversation.com/mengapa-membaiknya-ekonomi-cina-pada-masa-pandemi-covid-19-bergantung-pada-negara-lain-135568, diakses pada 8 April 2020.

Rahma, Atika. 2020. Jakarta Terapkan PSBB, Ini Sektor Usaha yang Masih Bisa Beroperasi, pada laman https://www.liputan6.com/bisnis/read/4221587/jakarta-terapkan-psbb-ini-sektor-usaha-yang-masih-bisa-beroperasi, diakses pada 8 April 2020.

WE Online, Redaksi. 2020. 5 Negara dengan Kasus Corona Tertinggi di Dunia, pada laman wartaekonomi.co.id/read280061/5-negara-dengan-kasus-corona-tertinggi-di-dunia, diakses pada 8 April 2020.


Comments

Popular posts from this blog

Tahapan Normalisasi dan Contoh Normalisasi pada perpustakaan

Analisis Perusahaan PT Kompas Media Nusantara dalam Standar Internasional Manajemen Pelayanan Teknologi Informasi

Hal lucu mengenai kartun Dora The Explorer